Klinik Khusus Pecandu Internet Dibuka di Korsel
Kesehatan, Teknologi 12.53.00
Namun, bagi pecandu internet, khususnya di Korea Selatan, tak perlu khawatir. Pasalnya, saat ini di Negeri Ginseng itutelah dibuka 'Save Brain Clinic' yang dibangun khusus untuk mereka yang kecanduan internet.
"Kecanduaan internet tidak hanya masalah kejahatan saja,” kata Kepala Klinik ‘Save Brain Clinic’ Rumah Sakit Nasional Gongju, Lee Jaewon sebagaimana dikutip laman medindia.com.
“Ini adalah isu serius dan para orang tua hendaknya tidak merasa malu membawa anaknya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan sebelum terlambat.”
Klinik ini menawarkan program perawatan selama lima minggu, meliputi sesi kelompok, terapi seni, dan pengobatan yang dikenal sebagai neurofeedback dan simulasi transcranial magnetic. Neurofeedback menggunakan metode real-time untuk menggambarkan aktivitas otak, memastikannya melalui sensor kulit kepala dengan usaha mengontrol aktivitas sistem syaraf pusat.
Sementara itu, simulasi transcranial magnetic menggunakan medan magnet untuk menunjukkan sel syaraf untuk mendorong sel syaraf pada otak dan lebih umumnya dilakukan untuk mengobati depresi.
“Kedua tes dan program pengobatan ini dilakukan secara ilmiah dan untuk memastikan bukti yang efektif,” kata Lee.(umi)
Untuk menjalani terapi ini, setiap pasien dikenakan biaya sekitar 630.000 won atau sekitar US$585 jika mendapatkan asuransi pemerintah, atau lebih dari 1.940.000 won tanpa asuransi tersebut.
Banyak orang tua yang telah menanyakan perihal terapi di klinik ini. Namun, hanya tiga orang yang intens fokus mengikuti terapi ini. Menurut Lee, para orang tua kesulitan mebawa anaknya ke klinik karena malu membawanya ke rumah sakit mental.
Perawatan ini, tak hanya untuk anak, melainkan juga dibuka untuk orang dewasa. Meskipun kecanduan internet tidak dimasukkan dalam gangguan mental, masalahnya sudah menakar di Korea Selatan. Lee pun menceritakan beberapa kejadian tragis terkait pengidap kecanduan internet ini.
Awal tahun lalu, kata Lee, ada seorang pria berusia 31 tahun dibawa ke klinik oleh orang tuanya setelah bermain internet selama 780 jam dengan waktu istirahat yang sebentar. Ada juga insiden yang lebih fatal, yang juga terjadi tahun lalu. Seorang ibu harus dipenjara karena membunuh anak laki-lakinya karena sang ibu lelah setelah bermain internet.
Sementara itu, seorang anak laki-laki berusia 15 tahun bunuh diri setelah membunuh sang ibu karena memarahinya setelah bermain game di internet. Yang lebih tragis lagi, seorang pria berusia 41 tahun harus dipenjara beserta sang istri karena meninggalngalkan bayi perempuan mereka yang berusia dua tahun sampai mengalami kekurangan gizi.
Seorang anak pecandu internet, Choi Hyun Min menceritakan pengalamannya.“Bermain game online menyenangkan, kadang-kadang mera nyaman, kadang-kadang merasa menegangkan. Semua yang saya fikirkan adalah bagaimana bermain tanpa diganggu,”kata Choi.
Kecanduan internet dialami Choi sejak usia sembilan tahun. Suatu saat, dia masuk melalui jendela ke kamar orang tuanya untuk mengambil komputer yang dikunci di dalamnya. Dia juga sering mencuri uang untuk bermain internet selama berjam-jam sambil membeli mie instan dan makanan ringan.
Berdasarkan data dari Kementerian Keluarga, diperkirakan terdapat dua juta orang pecandu internet di Korea Selatan yang berpenduduk 48,6juta jiwa itu. Sebanyak 877 ribu diantaranya berusia antara sembilan hingga 19 tahun.
Meskipun mendapat tentangan dari industri game komputer, parlemen Korea Selatan tetap akan mengeluarkan peraturan yang memaksa perusahaan game online untuk memblok pengguna internet di bawah usia 16 tahun yang bermain pada tengah malam hingga pukul 06.00 pagi. Peraturan ini akan dikeluarkan pada November tahun ini.
Saat pemerintah meminta polisi untuk mencegah kecanduan internet, klinik yang dipimpin Lee ini akan fokus untuk memberikan terapi sedini mungkin kepada para pecandu. “Ini akan sangat terlambat jika kita baru melakukan perawatan setelah pecandu internet diketahui menderita penyakit mental,”
“Kami akan mulai sekarang, berharap usaha medis dan perhatian yang lebih pada isu ini.” vivanews.com